Tangerang Selatan – Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Agama menggelar Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Suyitno mengatakan, konflik sosial keagamaan bukan hanya di Indonesia, namun di semua tempat di dunia ini. Indonesia dengan keberagamannya (agama, suku, bahasa) memiliki potensi terjadinya konflik sosial keagamaan.
“Karenanya, Kementerian Agama (Kemenag) ingin menjadi bagian penting untuk mengantisipasi potensi itu agar kemudian sedini mungkin bisa diatasi,” terang Suyitno saat membuka Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan di Pusdiklat Kemenag, Tangerang Selatan, Banten.
“Konflik yang sifatnya keagamaan dan kebangsaan harus segera kita lakukan deteksi sedini mungkin sehingga sebelum ada konflik, kita mampu mencegahnya,” sambungnya.
Menurutnya, deteksi dini itu melakukan langkah-langkah preventif sejak awal. “Mengetahui bagaimana melakukan langkah-langkah yang sifatnya preventif dan mitigatif dan bagaimana mampu memetakan permasalahan,” kata Suyitno.
Ia berharap, para alumni pelatihan diharapkan mendapatkan insight untuk mendeteksi potensi konflik dan terjun dengan langsung memberikan laporan di lapangan.
Kepala Pusat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan Mastuki mengungkapkan, pelatihan ini adalah tahun kedua dari rencana implementasi program unggulan religiosity index.
“Pelatihan deteksi dini konflik sosial ini termasuk kategori program unggulan Pusdiklat yang menggunakan pendekatan policy based training. Kurikulum dirancang oleh tim terdiri dari beberapa ahli terkait,” ujar Mastuki.
Pelatihan dilaksanakan dalam 2 gelombang. Gelombang pertama tanggal 27 Februari - 4 Maret 2023 dan Gelombang kedua dilaksanakan tanggal 6 - 11 Maret 2023. “Pelatihan ini secara keseluruhan akan diikuti oleh 400 orang,” terang Mastuki.
Ia mengatakan, gelombang pertama dibagi menjadi 6 angkatan dengan jumlah peserta 202 orang, terdiri dari: para Kabid Penais, Pembimas Hindu, Pembimas Buddha dan Khonghucu Kanwil Kementerian Agama Provinsi seluruh Indonesia, Ketua/Pengurus Rumah Moderasi Beragama Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dan perwakilan eselon II Pusat serta FKUB dari Prov DKI Jakarta dan Kota/Kab di Jakarta.
Selanjutnya, kata Mastuki, peserta angkatan VII-XII berasal dari para Pembimas Kristen, Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi seluruh Indonesia, Ketua/Pengurus Rumah Moderasi Beragama Perguruan Tinggi Islam, Wakil Rektor/Wakil Ketua PTK non Islam Bidang kemahasiswaan, perwakilan eselon II Pusat, FKUB dari Prov DKI Jakarta dan Kota/Kab di Jakarta, Jabodetabek, dan Pokjaluh semua agama di Kab/Kota di DKI Jakarta
“Total peserta untuk Gelombang 2 berjumlah 198 orang,” kata Mastuki.
Ia menambahkan, sejumlah fasilitator akan mendampingi peserta pelatihan ini yaitu Tenaga Ahli Menteri Agama dan Tim Religiosity Index. [ ]